Sabtu, 04 Agustus 2012
Kalau Kita Nggak Puasa
Hari ini Wulan nggak turut sahur dengan teman-teman satu kosnya. Dia masih melanjutkan tidur nyenyaknya, sementara teman sekamar sibuk menghabiskan nasi bungkusnya. Yuhu, Wulan memang sedang ada tamu bulanan, jadi hari ini dan seminggu ke depan dia bebas dari kewajiban berpuasa.
Menjelang pukul 12 siang, perut Wulan merasa lapar berat. Namun, dirinya nggak mau buru-buru meluncur ke warung. Antara lapar dan malu karena harus jajan pas hari puasa, Wulan pun dilanda dilema. Nah, dilema Wulan pastinya pernah dialami oleh semua cewek yang sedang nggak berpuasa lantaran datang bulan saat Ramadan. Ada perasaan serba salah dan nggak tahu harus ngapain kalau tibatiba diserang lapar tengah hari, kan? Apalagi pas lagi berkumpul dengan teman-teman.
Duh, malu dong kalau terang-terangan minta izin mau mengisi perut ke kantin sebelah? Tapi, hal ini pernah dialami oleh Rosa Arie Suryani. Mahasiswa semester dua Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip itu mengaku terpaksa saat dirinya makan di warung. ''Waktu itu kepepet banget. Nggak bisa menahan lapar. Akhirnya aku cari warung yang sepi dan nggak di pinggir jalan. Jadi biar bisa bebas makan dan tetap menghormati orang yang berpuasa,'' ceritanya. Sebenarnya, cewek berkerudung itu berniat untuk menahan laparnya. Takut justru berakibat fatal pada kesehatannya, Rosa memilih untuk segera makan.
Biar nggak terulang lagi, cewek asal Kudus itu kini selalu membeli makan di jam-jam sahur. ''Dengan membeli makan pas sahur, aku tetap bisa makan tanpa harus merasa nggak enak dengan orang lain,'' katanya. Perasaan nggak enak hati yang dialami Rosa memang wajar. Di hadapan orang yang sedang berpuasa, hendaknya kita memang menghargai dengan cara nggak makan dan minum di hadapannya. Luntur Sayangnya, perasaan sungkan itu lama-lama kayaknya luntur di kalangan remaja. Nggak jarang kita menjumpai anak sekolah yang leluasa keluar masuk warung makan di siang bolong. Benar banget kalau puasa itu menahan lapar dan haus bagaimana pun kondisinya. Nggak peduli cuaca panas dan di tempat yang banyak penjaja es buah, misalnya.
Tapi nggak berarti kita leluasa makan dan minum di depan mereka, kan? Septi Agnita juga merasakan kecenderungan itu. Tapi menurutnya, sikap menghargai itu timbul karena lingkungan dan kebiasaan. ''Kita bisa merasa malu makan di depan orang berpuasa karena sedari kecil keluarga dan sekolah mengajarkan tentang menghargai orang yang berpuasa,'' terang cewek yang baru saja lulus SMAitu. Tapi kata Septi, lagi-lagi semua itu kembali pada masing-masing individunya. ''Memang ada orang yang bersikap cuek. Tapi nggak semua kayak gitu. Ya, itu tergantung individunya masing-masing,'' kata Septi. (Otit)
Cerdas Memilih Tayangan Ramadan
Stasiun televisi berlomba-lomba membuat tayangan khusus Ramadhan. Para
Pencari Tuhan dan Tapsir Al Misbah dikepung komedi, musik, dan sinetron drama.
Kecerdasan sangat dibutuhkan agar tak salah pilih tayangan yang tak
berkualitas.
Ramadhan tahun 2007 silam, para penonton televisi mendapat hiburan segar sekaligus dakwah Islam yang dikemas dalam format sinetron. Dengan tokoh utama seorang penjaga mushala yang diperankan oleh Dedi Mizwar dan tiga orang pengembara diperankan oleh trio Bajaj, sinetron yang berjudul Para Pencari Tuhan (PPT) berhasil menyedot perhatian.
PPT hadir pada momentum yang tepat, di kala masyarakat yang jenuh dengan suguhan kisah drama yang semakin tak realistis. Seperti membentuk tren, tayangan sinetron kala itu seragam menyajikan konflik-konflik ekstrem yang dibalut dengan kemewahan dan ketimpangan yang besar antara ekonomi si kaya dan si miskin. Belum lagi kekerasan dalam tutur dan tindakan para tokoh yang pastinya berdampak buruk.
Inisiatif Dedi Mizwar melahirkan PPT terbukti berhasil dan disambut positif oleh berbagai pihak. PPT terkenal sebagai sinetron yang banyak penggemarnya sekaligus banyak iklannya. Bahkan tontonan ini sampai menggelar beberapa kuis interaktif berhadiah umroh.
Konsistensi sinetron yang mengangkat permasalahan masyarakat kelas bawah ini yang membuat PPT mampu mempertahankan penontonnya hingga sekarang. Buktinya pada Ramadhan tahun ini PPT hadir lagi untuk keenam kalinya di layar SCTV.
PPT adalah salah satu contoh tayangan Ramadhan berkualitas. Tidak hanya mendongkrak rating karena banyak penontonnya, juga sarat siraman rohani yang memang pas ditayangkan di bulan suci.
Belakangan PPT sampai menarik minat Negara Malaysia. Sebuah production house dari Malaysia berencana menayangkan sinetron yang kental dengan humor itu di negeri jiran.
PPT membuktikan kepada pemirsa yang terlanjur skpetis dengan hiburan televisi Indonesia bahwa kalau mau, sinetron yang ”bergizi”pun bisa diproduksi dan menjadi tayangan yang cocok untuk keluarga Indonesia.
Sebenarnya, Ramadhan memang waktu yang tepat bagi televisi swasta menyajikan sinetron religi. Sayangnya, tidak semua sinetron bernuansa Islam yang tayang tergolong berkualitas.
Sebut saja sinetron spesial Ramadhan tayangan RCTI berjudul Air Mata Ummi. Tayangan perdana sinetron dengan tokoh utama Widyawati itu memang mendapat sambutan positif pemirsa. Pasalnya meski konfliknya klise, setidaknya tayangan ini mengambil sudut pandang yang tak biasa, yaitu kehidupan keluarga dan seorang ibu.
Adegan Keburukan
Namun seiring waktu pemirsa mulai merasa bosan karena sinetron tersebut cenderung mengikuti pola sinetron pada umumnya. Seolah masyarakat sudah bisa menebak alur sinetron yang selalu menyajikan permasalahan perselingkuhan, kekerasan, kedengkian dan penindasan.
Hal yang sama juga tampak pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Tayangan sekuel dari film pendek berjudul sama itu juga menuai kekecewaan dari pemirsanya. Nilai kebaikan yang akan ditonjolkan justru kalah dengan adegan keburukan yang terus diulang-ulang.
Tapi, bukan lantas pemirsa tidak punya alternatif tontonan yang baik. Beberapa stasiun televisi tetap menghadirkan acara untuk memenuhi kebutuhan rohani masyarakat. Semisal beberapa program khusus Ramadhan Metro TV.
Televisi berita itu menawarkan program acara seperti Ensiklopedia Islam, Inspirasi Ramadhan, Oase Ramadhan dan Tafsir Al Mishbah. Beberapa program tersebut merupakan progam yang sudah ada di tahun sebelumnya. Tampaknya, Metro TV percaya diri memberikan tayangan serupa kepada pemirsa.
Sajian religi di stasiun tersebut memang sudah mempunyai pemirsa setia. Kebanyakan penggemar acara tersebut mereka yang tak semata membutuhkan hiburan tapi lebih dari itu. Tafsir Al Mishbah yang menghadirkan M Quraish Shihab itu mengkaji makna Al-Quran lebih jauh. Acara ini bertujuan membantu pemirsa yang mengalami kesulitan memahami makna Al-Quraan secara lebih dalam.
Meski tak merajai rating, tampaknya pihak penyelenggara acara ini menyadari kebutuhan masyarakat tak melulu pada acara lawak, konser musik atau sinetron bernuansa religi.
Stasiun televisi Indosiar mempunyai program sinetron berjudul Sembilan Wali yang membidik para pencinta sinetron, Rangkaian Jalan Hikmah bersama Ustadz Solmed, Jelajah Masjid, Catatan Harian Santri dan Muhibah Pesantren. Tayangan jenis magazine documentary itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pemirsa akan ilmu keislaman.
Ya, jika mau memilah, sebenarnya masyarakat bisa menjumpai tayangan Ramadhan yang berkualitas dan menyejukkan hati. (Otit)
Ramadhan tahun 2007 silam, para penonton televisi mendapat hiburan segar sekaligus dakwah Islam yang dikemas dalam format sinetron. Dengan tokoh utama seorang penjaga mushala yang diperankan oleh Dedi Mizwar dan tiga orang pengembara diperankan oleh trio Bajaj, sinetron yang berjudul Para Pencari Tuhan (PPT) berhasil menyedot perhatian.
PPT hadir pada momentum yang tepat, di kala masyarakat yang jenuh dengan suguhan kisah drama yang semakin tak realistis. Seperti membentuk tren, tayangan sinetron kala itu seragam menyajikan konflik-konflik ekstrem yang dibalut dengan kemewahan dan ketimpangan yang besar antara ekonomi si kaya dan si miskin. Belum lagi kekerasan dalam tutur dan tindakan para tokoh yang pastinya berdampak buruk.
Inisiatif Dedi Mizwar melahirkan PPT terbukti berhasil dan disambut positif oleh berbagai pihak. PPT terkenal sebagai sinetron yang banyak penggemarnya sekaligus banyak iklannya. Bahkan tontonan ini sampai menggelar beberapa kuis interaktif berhadiah umroh.
Konsistensi sinetron yang mengangkat permasalahan masyarakat kelas bawah ini yang membuat PPT mampu mempertahankan penontonnya hingga sekarang. Buktinya pada Ramadhan tahun ini PPT hadir lagi untuk keenam kalinya di layar SCTV.
PPT adalah salah satu contoh tayangan Ramadhan berkualitas. Tidak hanya mendongkrak rating karena banyak penontonnya, juga sarat siraman rohani yang memang pas ditayangkan di bulan suci.
Belakangan PPT sampai menarik minat Negara Malaysia. Sebuah production house dari Malaysia berencana menayangkan sinetron yang kental dengan humor itu di negeri jiran.
PPT membuktikan kepada pemirsa yang terlanjur skpetis dengan hiburan televisi Indonesia bahwa kalau mau, sinetron yang ”bergizi”pun bisa diproduksi dan menjadi tayangan yang cocok untuk keluarga Indonesia.
Sebenarnya, Ramadhan memang waktu yang tepat bagi televisi swasta menyajikan sinetron religi. Sayangnya, tidak semua sinetron bernuansa Islam yang tayang tergolong berkualitas.
Sebut saja sinetron spesial Ramadhan tayangan RCTI berjudul Air Mata Ummi. Tayangan perdana sinetron dengan tokoh utama Widyawati itu memang mendapat sambutan positif pemirsa. Pasalnya meski konfliknya klise, setidaknya tayangan ini mengambil sudut pandang yang tak biasa, yaitu kehidupan keluarga dan seorang ibu.
Adegan Keburukan
Namun seiring waktu pemirsa mulai merasa bosan karena sinetron tersebut cenderung mengikuti pola sinetron pada umumnya. Seolah masyarakat sudah bisa menebak alur sinetron yang selalu menyajikan permasalahan perselingkuhan, kekerasan, kedengkian dan penindasan.
Hal yang sama juga tampak pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Tayangan sekuel dari film pendek berjudul sama itu juga menuai kekecewaan dari pemirsanya. Nilai kebaikan yang akan ditonjolkan justru kalah dengan adegan keburukan yang terus diulang-ulang.
Tapi, bukan lantas pemirsa tidak punya alternatif tontonan yang baik. Beberapa stasiun televisi tetap menghadirkan acara untuk memenuhi kebutuhan rohani masyarakat. Semisal beberapa program khusus Ramadhan Metro TV.
Televisi berita itu menawarkan program acara seperti Ensiklopedia Islam, Inspirasi Ramadhan, Oase Ramadhan dan Tafsir Al Mishbah. Beberapa program tersebut merupakan progam yang sudah ada di tahun sebelumnya. Tampaknya, Metro TV percaya diri memberikan tayangan serupa kepada pemirsa.
Sajian religi di stasiun tersebut memang sudah mempunyai pemirsa setia. Kebanyakan penggemar acara tersebut mereka yang tak semata membutuhkan hiburan tapi lebih dari itu. Tafsir Al Mishbah yang menghadirkan M Quraish Shihab itu mengkaji makna Al-Quran lebih jauh. Acara ini bertujuan membantu pemirsa yang mengalami kesulitan memahami makna Al-Quraan secara lebih dalam.
Meski tak merajai rating, tampaknya pihak penyelenggara acara ini menyadari kebutuhan masyarakat tak melulu pada acara lawak, konser musik atau sinetron bernuansa religi.
Stasiun televisi Indosiar mempunyai program sinetron berjudul Sembilan Wali yang membidik para pencinta sinetron, Rangkaian Jalan Hikmah bersama Ustadz Solmed, Jelajah Masjid, Catatan Harian Santri dan Muhibah Pesantren. Tayangan jenis magazine documentary itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pemirsa akan ilmu keislaman.
Ya, jika mau memilah, sebenarnya masyarakat bisa menjumpai tayangan Ramadhan yang berkualitas dan menyejukkan hati. (Otit)
Siap-Siap Jadi Mahasiswa
Pengumuman kelulusan memang sudah berlalu. Hura-hura siswa kelas III saat merayakan predikat lulus juga sudah selesai. Tapi, jenjang yang lebih tinggi justru baru dimulai. Yups, sebagian besar lulusan SMA bakal jadi mahasiswa, kan? Lantas, sudah siapkah kamu yang dulu selalu berangkat sekolah sebelum pukul 07.00 kini harus ”mengenyam” bangku kuliah?
Ada yang bilang, jadi mahasiswa itu lebih enak dari siswa. Kalau siswa harus patuh dengan sederet peraturan sekolah, mahasiswa nggak begitu amat. Eits, itu cuma kelihatannya, lho. Jadi mahasiswa justru nggak mudah.
Kamu yang baru saja memensiunkan seragam putih abu-abumu memang kudu pandai beradaptasi dengan suasana kampus. Tempat yang lebih luas dan teman yang lebih beragam bakal jadi belantara rimba jika kamu susah melakukan penyesuaian.
Hei, jangan paranoid dulu ya, Teman. Dibanding sekolah, kuliah itu memang lebih bebas. Paling nggak kayak yang ada dalam bayangan Winda Septi. Lulusan SMA 2 Semarang itu sudah nggak sabar menyandang predikat mahasiswa.
''Bayangin kuliah itu asyik kayaknya. Nggak perlu pakai seragam, lebih boleh berekpresi, dan aku boleh bawa motor,'' ceritanya girang.
Cewek yang sedang harap-harap cemas agar bisa diterima di Fakultas Kedokteran Undip itu antusias banget memasuki gerbang kuliah. Dirinya sudah siap banget menjalani pengalaman pertamanya jadi mahasiswa nanti.
Ketertarikannya pada dunia medis juga membuat Winda sudah bisa membayangkan kuliahnya nanti. ''Aku sudah mempersiapkan diri kalau misal nanti disuruh bongkar-bongkar mayat. Yang penting berpikir positif aja sih. Jadi dokter memang nggak mudah. Tapi kakak kelas dan teman-temanku bisa, kenapa aku nggak?'' tuturnya cewek humoris itu.
Teman Baru
Ada yang bilang, kampus itu miniaturnya Indonesia. Nah lho, kok bisa? Itu karena mahasiswa yang kuliah, nggak cuma terbatas teman-teman satu kota seperti halnya sewaktu di SMA. Dari kampuslah kamu bisa punya banyak teman dari berbagai belahan Nusantara. Asyik, kan?
Syahrani Aulia Lubis atau yang akrab disapa Rani itu sepertinya sudah tahu benar hal itu. ''Wah, aku excited banget untuk menghadapi semua hal baru, termasuk kuliah. Terutama saat beradaptasi dengan lingkungan dan pergaulan baru,'' terang cewek yang doyan banget nonton film aksi itu.
Lulusan SMA 5 Semarang itu menyadari teman-teman barunya nanti pastinya datang dari beberapa daerah. Makanya dia merasa kudu memperluas pergaulan dengan teman baik dari dalam atau luar Semarang. ''Dari sekarang aku sudah mulai beradaptasi dengan teman baru. Caranya kontak-kontakkan lewat Twitter sama teman-teman satu prodi,'' kata calon mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi Undip itu.
Tapi ada satu yang penting, Teman. Meski bebas, jika pengin selalu meraih nilai memuaskan sejak semester satu, tentunya harus rajin masuk kuliah dan baca buku. Kalau pengin menimba pengalaman berorganisasi dan punya banyak relasi, maka ikutlah kegiatan-kegiatan positif di kampus. Atau pengin meraih keduanya, bisa saja.
Pokoknya, manfaatkan seoptimal mungkin fasilitas dan tawaran yang diberikan kampus. Jangan disia-siakan ya, Teman? Seperti kata banyak orang, kuliah itu nggak cuma di dalam kelas saja, hehe....
Seperti kata Rani saat mendengar kata ''mahasiswa''. ''Mahasiswa? Mahasiswa adalah pelajar yang lebih bebas. Bebas yang mengikat. Waktu kuliahnya aja yang bebas, tapi soal tanggung jawab, nggak bisa bebas, kan? Kudu ketat,'' terangnya yakin.
Oke deh, Rani. Sepakat banget sama pendapat kamu. Jadi, mari bersiap menjadi mahasiswa yang keren. Bersemangat! (Otit)
Langganan:
Postingan (Atom)