Stasiun televisi berlomba-lomba membuat tayangan khusus Ramadhan. Para
Pencari Tuhan dan Tapsir Al Misbah dikepung komedi, musik, dan sinetron drama.
Kecerdasan sangat dibutuhkan agar tak salah pilih tayangan yang tak
berkualitas.
Ramadhan tahun 2007 silam, para penonton televisi mendapat hiburan segar
sekaligus dakwah Islam yang dikemas dalam format sinetron. Dengan tokoh utama
seorang penjaga mushala yang diperankan oleh Dedi Mizwar dan tiga orang
pengembara diperankan oleh trio Bajaj, sinetron yang berjudul Para Pencari
Tuhan (PPT) berhasil menyedot perhatian.
PPT hadir pada momentum yang tepat, di kala masyarakat yang jenuh dengan
suguhan kisah drama yang semakin tak realistis. Seperti membentuk tren,
tayangan sinetron kala itu seragam menyajikan konflik-konflik ekstrem yang
dibalut dengan kemewahan dan ketimpangan yang besar antara ekonomi si kaya dan
si miskin. Belum lagi kekerasan dalam tutur dan tindakan para tokoh yang
pastinya berdampak buruk.
Inisiatif Dedi Mizwar melahirkan PPT terbukti berhasil dan disambut positif
oleh berbagai pihak. PPT terkenal sebagai sinetron yang banyak penggemarnya
sekaligus banyak iklannya. Bahkan tontonan ini sampai menggelar beberapa kuis
interaktif berhadiah umroh.
Konsistensi sinetron yang mengangkat permasalahan masyarakat kelas bawah ini
yang membuat PPT mampu mempertahankan penontonnya hingga sekarang. Buktinya
pada Ramadhan tahun ini PPT hadir lagi untuk keenam kalinya di layar SCTV.
PPT adalah salah satu contoh tayangan Ramadhan berkualitas. Tidak hanya
mendongkrak rating karena banyak penontonnya, juga sarat siraman rohani yang memang
pas ditayangkan di bulan suci.
Belakangan PPT sampai menarik minat Negara Malaysia. Sebuah production house
dari Malaysia berencana menayangkan sinetron yang kental dengan humor itu di
negeri jiran.
PPT membuktikan kepada pemirsa yang terlanjur skpetis dengan hiburan
televisi Indonesia bahwa kalau mau, sinetron yang ”bergizi”pun bisa diproduksi
dan menjadi tayangan yang cocok untuk keluarga Indonesia.
Sebenarnya, Ramadhan memang waktu yang tepat bagi televisi swasta menyajikan
sinetron religi. Sayangnya, tidak semua sinetron bernuansa Islam yang tayang
tergolong berkualitas.
Sebut saja sinetron spesial Ramadhan tayangan RCTI berjudul Air Mata Ummi.
Tayangan perdana sinetron dengan tokoh utama Widyawati itu memang mendapat
sambutan positif pemirsa. Pasalnya meski konfliknya klise, setidaknya tayangan
ini mengambil sudut pandang yang tak biasa, yaitu kehidupan keluarga dan
seorang ibu.
Adegan Keburukan
Namun seiring waktu pemirsa mulai merasa bosan karena sinetron tersebut
cenderung mengikuti pola sinetron pada umumnya. Seolah masyarakat sudah bisa
menebak alur sinetron yang selalu menyajikan permasalahan perselingkuhan,
kekerasan, kedengkian dan penindasan.
Hal yang sama juga tampak pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Tayangan
sekuel dari film pendek berjudul sama itu juga menuai kekecewaan dari
pemirsanya. Nilai kebaikan yang akan ditonjolkan justru kalah dengan adegan
keburukan yang terus diulang-ulang.
Tapi, bukan lantas pemirsa tidak punya alternatif tontonan yang baik.
Beberapa stasiun televisi tetap menghadirkan acara untuk memenuhi kebutuhan
rohani masyarakat. Semisal beberapa program khusus Ramadhan Metro TV.
Televisi berita itu menawarkan program acara seperti Ensiklopedia Islam,
Inspirasi Ramadhan, Oase Ramadhan dan Tafsir Al Mishbah. Beberapa program
tersebut merupakan progam yang sudah ada di tahun sebelumnya. Tampaknya, Metro
TV percaya diri memberikan tayangan serupa kepada pemirsa.
Sajian religi di stasiun tersebut memang sudah mempunyai pemirsa setia.
Kebanyakan penggemar acara tersebut mereka yang tak semata membutuhkan hiburan
tapi lebih dari itu. Tafsir Al Mishbah yang menghadirkan M Quraish Shihab itu
mengkaji makna Al-Quran lebih jauh. Acara ini bertujuan membantu pemirsa yang
mengalami kesulitan memahami makna Al-Quraan secara lebih dalam.
Meski tak merajai rating, tampaknya pihak penyelenggara acara ini menyadari
kebutuhan masyarakat tak melulu pada acara lawak, konser musik atau sinetron
bernuansa religi.
Stasiun televisi Indosiar mempunyai program sinetron berjudul Sembilan Wali
yang membidik para pencinta sinetron, Rangkaian Jalan Hikmah bersama Ustadz
Solmed, Jelajah Masjid, Catatan Harian Santri dan Muhibah Pesantren. Tayangan
jenis magazine documentary itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pemirsa akan
ilmu keislaman.
Ya,
jika mau memilah, sebenarnya masyarakat bisa menjumpai tayangan Ramadhan yang
berkualitas dan menyejukkan hati. (Otit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar