Kamis, 31 Maret 2011

Saya, Sekarang


Iya, nama saya sesungguhnya Siti Khatijah. Sebuah nama yang cukup bernilai dalam sejarah keIslaman. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya, kecuali hanya sekedar orang tua saya yang berharap anaknya ini paling tidak secuil meneladani Siti Khatijah yang asli. Tapi, panggilan Otit kepada saya, pertama kali muncul juga dari orang tua saya. Otit, Otit, Otit… Meskipun saya pemilik nama itu, masih sering saya merasa geli saat menyebutnya berkali-kali tanpa jeda. Sebuah kata yang aneh. Ah bukan aneh, tapi unik.
Saya sedang belajar sastra tapi membuat sebait puisi pun susahnya bukan main. Saya kos di Semarang tapi naik angkot mungil berwarna orange pun di Semarang masih sering kesasar. Banyak hal yang seharusnya saya bisa tapi justru itu menjadi kelemahan saya. Sebaliknya, tanpa dinyana, saya malah master dari hal tertentu. (Ah, saya bercanda…)
Saya pengangguran yang berusaha sok sibuk. Setiap hari ke kampus, tapi tak jarang di kampus hanya memandang para mahasiswa yang sibuk dengan pemikiran-pemikiran ilmiahnya. Itu memang kesenangan saya sejak dulu. Mengamati sesuatu yang spektakuler. Meskipun hal yang spektakuler itu masih tersembunyi dalam otak-otak cerdas si cendikiawan. Mendengar cerita demi cerita dari mereka sungguh menentramkan. Berharap kelak saya sedikit bijaksana menghadapi semuanya.
Di samping mendengar, menulis menjadi kegemaran saya yang juga tak kalah menentramkan. Segala perasaan di hati dapat terwakilkan dengan menulis karena dunia ini adalah semesta kata. Tanpa mempedulikan kualitas tulisan, menulis bagi saya adalah kegiatan yang paling bebas. Menulis memaksa saya menjadi diri saya sendiri tanpa tendensi. Melepas, menguliti, menanggalkan segalanya hingga hati saya terlihat begitu jelas. Yah, di saat seperti itulah, saya tidak bisa tidak untuk tidak jujur.
Sering saya merasa payah dan itu memang benar. Banyak hal yang belum saya tahu sementara orang lain sudah tahu. Berharap saya yang mencapai finish lebih dulu kenyataan pemenangnya justru orang lain. Itulah tanda bahwa saya belumlah cukup untuk belajar. Itulah bukti bahwa saya masih harus banyak tahu. Tentang segalanya… (Otit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar