Meski udara siang terasa terik, Alief Ardiano Rambe (24) tetap saja menyambangi warung bakso langganannya di Jl Singosari Raya, Semarang. Seperti biasa, anak muda asli Jakarta itu memesan bakso isi keju dan bakso pedas. Semangkuk bakso yang datang ke hadapannya dilahap begitu saja tanpa menambah kecap dan saus.
"Biar terasa kuahnya yang gurih, mending nggak usah memakai tambahan apa-apa lagi," katanya.
Tak butuh banyak waktu, sepor si bakso pesanannya disantap hingga tandas. Setidaknya seminggu sekali, mahasiswa Fakultas Hukum Undip itu jajan ke kedai langganannya.
Awalnya Rambe bukanlah penggila bakso. Tapi sejak mengenal bakso isi keju dan bakso pedas yang cocok dengan lidahnya, pria humoris itu otomatis memasukkan bakso menjadi jajanan yang rutin dikonsumsi saat bosan melanda.
Berbeda dengan Rambe yang setia dengan satu warung, Indah Nur Fitariyanti (21) justru tertarik berpetualang dari warung bakso satu ke warung bakso lainnya. Tiap kali ada warung baru dan menawarkan menu unik, Indah, panggilan mahasiswa Unnes itu, tak segan-segan untuk mencoba.
''Biar tahu rasanya bagaimana. Pada dasarnya bakso itu kan memang segar apalagi kalau pedas. Nah, bakso yang diisi macam-macam itu untuk variasi saja.
Sebenarnya yang paling saya suka tetap bakso daging.'' Rambe dan Indah adalah dua dari sekian banyak orang yang gemar makan bakso. Ya, bakso memang menjadi makanan favorit masyarakat kita sejak dulu. Keberadaannya tidak tergusur oleh makanan lain yang lebih baru dan bervariasi. Penggemar bakso pun tak lantas terkotak-kotak oleh usia, kemampuan ekonomi, gender, dan lainnya. Semua orang menyukai bakso.
Tidak berlebihan jika kemudian bakso yang awalnya merupakan kuliner masyarakat Tionghoa itu menjadi budaya dan kuliner khas masyarakat kita. Itulah sebabnya penjual bakso kini gampang sekali ditemui.
Warung bakso yang kian menjamur pastinya bakal memanjakan para pencinta bakso. Tapi jika tempat satu dengan tempat yang lain tidak mempunyai sesuatu yang berbeda untuk ditawarkan, bisa jadi warung bakso itu tidak akan bertahan lama.
Penggemar bakso seperti Rambe dan Indah itu awalnya pasti hanya menjajal.
Tapi mereka akan kembali ke warung bakso tersebut bahkan sambil mengajak kawankawannya jika bakso itu enak dan tentu saja membuat ketagihan.
Nah, usaha para penjual bakso untuk menarik konsumen agar datang dan kembali lagi itulah yang kini makin bervariasi dan kreatif.
Tilik saja kedai bakso bernuansa hijau yang berdiri di kawasan Simpanglima Semarang bernama Bakso Kaget. Namanya saja sudah menggelitik dan memancing penasaran. Dengan tagline ''Tebak isi baksonya!, para pembeli akan dibuat penasaran dengan isi bakso yang dimakannya.
''Dalam tiap mangkuknya, pembeli akan mendapat beberapa butir bakso isi. Ada sembilan varian isi bakso, salah satunya isi lombok. Bakso isi lombok yang tidak bisa diketahui ciri-cirinya itu yang bakal bikin kaget orang yang memakannya,“ jelas Dean Ananda (25), pengelola kedai bakso tersebut.
Selain bakso dengan kuah rempah-rempah yang tidak mengandung monosodium glutamate (MSG), kejutan dari bakso berlombok itulah yang ditawarkan Dean kepada konsumen. Calon pembeli juga akan terhibur dengan konsep kerajaan bakso (kingdom of meatball) saat memasuki tenda bakso tersebut. Karakter-karakter bakso yang ìhidupî dituangkan dalam cerita komik yang diharapkan bakal menarik anak-anak.
Ciri khas lain dari usaha waralaba asal Bandung itu adalah adanya menu bakso bakar dan bakso celup. Bakso bakar adalah olahan bakso yang dipanggang dengan bumbu bakar dan disiram saus aneka pilihan. Sedangkan bakso celup merupakan inovasi dalam hal kemasan agar mudah dibawa saat bepergian.
Dean berharap kedai baksonya menjadi tempat yang asyik untuk nongkrong sambil menikmati sensasi bakso yang mengejutkan itu. Apalagi lokasinya mudah dijangkau dan berada di pusat kota Semarang.
Memanjakan pencinta bakso dengan varian rasa juga dilakukan oleh kedai Bakso Mania yang buka di Jalan Singosari Raya, Semarang. Kedai yang menawarkan bakso isi keju, sosis, sumsum, telur puyuh, brokoli dan bakso pedas itu menjadi alternatif untuk mereka yang bosan dengan bola daging biasa.
Usaha menjual bakso dipilih oleh Rega Dianzha Yudha (28), pemilik kedai Bakso Mania, karena dirinya menyadari bisnis di bidang kuliner terutama bakso itu sangat menjanjikan. Tapi untuk membedakan warungnya dengan warung bakso lainnya, Rega terlebih dulu melakukan survei dan coba-coba hingga akhirnya mencipta bakso aneka isi tersebut.
“Bakso itu makanan paling merakyat. Tapi saat menjualnya, kami harus kreatif karena yang jualan bakso sudah sangat banyak,“ terangnya.
Dan memang benar, bakso aneka isi biki nan Rega yang buka dua bulan lalu dige mari tidak hanya anak muda tapi juga orang dewasa. Di awal pembukaannya, Rega sem pat woro-woro usahanya itu via jejaring sosial. Pemasaran dengan jalur tersebut cukup membantu memperkenalkan produk baksonya itu.
Inovasi Bentuk Kreativitas mengolah bakso tidak terbatas pada variasi isian bakso. Dolly Andrian F (40) punya cara yang beda untuk menggaet para pelanggannya. Pemilik resto bakso i Menara Semarang itu melawan kelaziman k kalau bakso itu selalu berbentuk bulat.
Setelah melakukan beberapa kali per cobaan, akhirnya Dolly memutuskan untuk fokus memproduksi bakso berbentuk kotak.
Tujuannya sudah pasti memancing penasaran para calon pelanggannya.
“Kami juga memperhatikan rasa dan kualitas daging, sehingga pembeli tidak datang sekali saja tapi selalu datang lagi dan lagi,“ terang pria penggila kuliner itu.
Dolly mengaku konsistensi rasa memang sangat penting untuk membuat pelanggan tetap setia pada bakso kotaknya. Bertempat di menara Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) lantai 18, Dolly membidik para wisatawan yang datang ke sana.
Melalui restorannya, para pembelinya bisa menyantap bakso kotak sambil menatap pemandangan Kota Semarang dari atas menara.
Bentuk bakso yang tak lumrah juga bisa dijumpai di tenda bakso Indra yang buka di depan IKIP PGRI, Semarang. Si penjual bakso, Rahayu, menawarkan bakso gepeng dengan aneka pilihan, seperti bakso gepeng bakwan, bakso gepeng siomay usus dan bakso gepeng campur.
Bakso gepeng ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu di Semarang. “Mungkin dulu tujuannya biar tidak sama dengan bakso yang lain. Lama-lama jadi ciri khas bakso kami,“ ujar Rahayu, penerus kedua kedai bakso Indra.
Ada beragam cara para penjaja bakso memperoleh pelanggannya. Intinya mereka ingin berbeda dengan penjaja bakso lainnya.
Kekhasan yang mereka tawarkan itulah yang mendatangkan pelanggan setia. Bakso yang punya keunikan memang mudah dilirik mengingat penjual bakso sangat banyak dan tersebar di mana-mana. Ya, bakso memang tak ada matinya. (Otit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar