Minggu, 20 Mei 2012

"Banci-Banci" Pemburu Kuis


Selama beberapa saat Amanda masih nggak berpaling dari layar ponselnya. Matanya asyik menjelajah halaman twitter yang ”sedang dibukanya”. Dengan antusias, jemari Amanda ketak-ketik dengan lincah. Ngapain dia? Ya, gadis manis itu sedang ikutan kuis adu cepat RT (retweet) yang diselenggarakan oleh salah satu produk minuman.

Orang seperti Amanda merasa nggak pernah mati gaya di mana pun berada. Bermodal ponsel pintar di tangan, dunia seolah-olah dalam genggamannya. Nggak cuma untuk bisa berinteraksi dengan dunia luar atau mantengin jejaring sosial, ponsel pintarnya bisa dia pakai untuk menjajal peruntungan, misalnya ikutan kuis berhadiah.

Amanda memang gila alias maniak kuis. Sebutan yang populer untuk orang seperti dia adalah ”banci kuis”. Nggak tahu dari mana istilah itu, tapi begitulah sebutannya. Puteri Kartika Maharani (17) nggak jauh beda dengan Amanda. Siswi SMK 6 Semarang tersebut nggak pernah bosan ikutan banyak kuis, lho. Cewek murah senyum itu selalu bersemangat tiap kali ada informasi tentang kuis.

”Info tentang kuis kudapat dari twitter atau facebook. Kalau nggak ya dari pamflet-pamflet,” kata cewek yang akrab dipanggil Puteri itu.

Kuis, kontes, kompetisi, atau apa saja sebangsanya memang banyak diadakan di media sosial di dunia maya. Itu karena sekarang ini medium tersebut lebih akrab dengan masyarakat terutama remaja.

Kuis di twitter misalnya. Jenisnya beragam, antaranya kuis jawab pertanyaan, kuis adu cepat RT, kuis adu cepat jawab, kuis ngajak follow, kuis adu kreatif tweet, kuis balas pantun, kuis twipic, dan kuis rally tweet.

Itu baru twitter. Belum lagi kuis yang muncul di radio, SMS, majalah, atau telepon. Pokoknya kuis bisa dijumpai di mana saja deh. Tapi Puteri lebih suka ikutan kuis yang diselenggarakan di mal-mal.

Dari semua kuis yang dia ikuti, Puteri mengaku sebagian besar berhasil dia taklukkan. ”Lebih banyak menang kuis daripada nggak. Aku bersyukur banget,” katanya.

Tapi keberuntungannya nggak lantas bikin cewek ini lupa diri, lho. Puteri selalu menyisihkan sebagian hadiahnya untuk mereka yang kurang beruntung.

Beberapa bulan lalu, Puteri menang kuis berhadiah duit Rp 5 juta. Karena merasa senang, sebagian duit hadiah itu dia sumbangkan ke sebuah panti asuhan. Selebihnya, duit itu diberikan untuk keluarganya.

Hmm, asyik banget ya jadi Puteri. Sayang, teman-temannya nggak berminat untuk turut mengikuti kebiasaan ikut kuis. ”Kebanyakan mereka malas untuk mencoba. Mereka sering menyepelekan dan belum-belum sudah putus asa, merasa nggak bakal menang,” ujar si maniak kuis tersebut.

Padahal, kuis itu memang iseng-iseng berhadiah. Jadi siap-siap juga kalau nanti nggak dapat hadiah.

Bisa Diupayakan

Tapi menurut Puteri, meski lebih karena keberuntungan, untuk beberapa kuis, untuk menang dan dapat hadiah bisa diupayakan, lho.

Gimana caranya? Ya, khusus untuk kuis yang formatnya menjawab pertanyaan, Puteri punya tipsnya. ”Yang penting nggak grogi. Kalau grogi, konsentrasi jadi menurun, padahal kita harus berpikir keras,” katanya, ”Selain itu, kebanyakan peserta salah dan didiskualifikasi karena nggak mematuhi atau mengetahui instruksinya. Jadi, yang harus kita lakukan adalah memperhatikan instruksi dan peraturan game.”

Kecanduan kuis juga dirasakan Intan Permatasari. Siswi SMK Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang itu baru kali pertama ikut kuis seminggu yang lalu. Dia malah menang saat ikutan kali pertama.

”Aku nggak akan melewatkan acara kuis. Aku pasti ikut lagi kalau memang ada yang ngadain,” katanya bersemangat.

Intan menambahkan, ikut kuis buatnya merupakan pelampiasan dari kegalauan. ”Acara kuis yang saya ikuti beberapa waktu lalu  itu menyenangkan banget. Rasa galau, sedih ditinggal pacar, bingung dengan tugas sekolah, bisa hilang berkat ikut kuis yang seru dan gokil.”

Wah, kalau versi Intan, ikutan kuis banyak manfaatnya, ya? Dari obat pengusir galau, penambah rasa percaya diri, sampai dapat rezeki nomplok. Hm, siapa sih yang hari gini bakal nolak gratisan?

Tapi tunggu dulu. Ada juga anak muda yang nggak begitu berminat ikut kuis, lho. Aulia Fahruddin salah satunya. Rudi, panggilan akrabnya, menganggap ikut kuis itu nggak penting dan menghabiskan waktu saja.

”Aku nggak termasuk orang yang suka cari peruntungan, jadi jarang banget ikut kuis apalagi yang diadakan di twitter atau facebook,” terang siswa SMK 7 Semarang itu.

Menurut Rudi jika kita menginginkan barang, maka lakukan hal yang pasti-pasti saja. ”Pengin beli apa, ya nabung dulu. Jangan mengandalkan hadiah kuis atau yang lain,” terang cowok yang hobi main bola itu. (Otit)

Beginilah Rasanya Puasa Online


’’Siang malam kuselalu,
menatap layar terpaku
untuk online, online,
online, online.’’

Pasti kamu tahu lagu kepunyaan siapa itu. Yuhu, lagu dan lirik milik Saykoji itu ngehits seiring dengan kebiasaan anak muda yang memang hobi online alias daring. Bait demi bait lagu berjudul ’’Online’’ itu pas banget menggambarkan situasi demam internet sampai lupa waktu yang melanda siswa SMP, SMA, dan anak kuliahan.
Nggak bisa dihindari, sekarang kita semua memang dihadapkan pada gempuran kecanggihan teknologi. Sebut saja ponsel yang mulanya cuma buat telpon dan SMS, kini jadi multifungsi. Selain bisa berfoto-ria, ponsel kita yang imut itu mampu memanjakan tuannya dengan fasilitas internet.
Belum lagi area hotspot yang tersebar di mana-mana bikin kita nggak tahan untuk selalu mantengin gadget. Dan tentunya, kalau sudah mengakses internet, informasi apa saja bisa didapat. Beberapa yang betah berselancar di dunia maya hingga lupa waktu, sampai-sampai diberi julukan julukan ’’manusia asosial’’. Aih....
Ya, online memang terkadang bisa jadi medium hiburan dan melampiaskan hasrat ingin tahu. Itu makanya, sebagian orang bisa gila kalau sehari saja nggak mengakses dunia maya. Ada yang sehari cukup sejam atau dua jam menyempatkan berinternet-ria. Tapi ada pula yang maniak internet seperti yang digambarkan Saykoji dalam lagunya itu.
Lama-lama manusia zaman sekarang jadi tergantung dengan internet, ya? Bagaimana jika internet dihapus? Huahua, membayangkan saja nggak sanggup, apalagi mengalaminya. Iya kan?
Tapi mengatakan ’’stop’’ pada internet terkadang dipilih oleh beberapa orang saat teknologi yang satu itu sudah sangat merugikan. Misalnya gara-gara keseringan online, tugas kuliah jadi nggak kelar, pacar jadi ngambek, bahkan nilai Indeks Prestasi (IP) jadi terjun bebas. Huhu, jangan sampai, ah!
Inilah cerita Austine (17) tentang pengalamannya nggak menyapa internet selama lima hari. Kata cewek gaul itu, puasa internet itu rasanya nggak enak. ’’Nggak online itu rasanya sepi dan ketinggalan berita. Jadi merasa diriku anak paling cupu,’’ jelas siswi yang baru saja merasa plong karena selesai melaksanakan UAN dengan lancar.
Siswi SMA 7 Semarang itu memang punya alasan kuat kenapa akhirnya dirinya memutuskan untuk puasa online. ’’Awalnya galau gara-gara cowok,’’ katanya sambil nyengir malu.
Hobinya mantengin Facebook tiap hari, justru bikin Austine makan hati sendiri. Gimana nggak, cowok yang ditaksir sejak tiga tahun silam, kini telah memasang tulisan ’’relationship’’. Kenyataan pahit itu pun diketahuinya juga karena cewek yang gemar menyanyi itu nggak pernah absen mantengin status, membuka profil, dan menelisik foto-foto sang idola hati.
’’Pas tahu statusnya sedang berpacaran, aku langsung off. Sejak itu aku malas online dan malas lihat wajah dia,’’ ceritanya.
Hilangnya akun Austine dari peredaran, tentu saja bikin kawan-kawannya bertanya ke mana gerangan dia? Bahkan ada yang mengatakan dia sombong segala.
Yup, untungnya Austine nggak ngambek dalam waktu lama. Cukup lima hari saja dia nggak menjamah dunia maya. Setelah kembali online, cewek berambut panjang itu justru suka membuat postingan galau sebagai obat hatinya.
Alhasil, status melankolis bikinan Austine malah dinanti kawan-kawannya. ’’Mana status galaunya, Tin?’’ katanya menirukan gaya kawan-kawannya.
Ada berkah di balik aksi puasa online ala Austine. Cewek berzodiak Leo itu mengaku sekarang nggak menjadi orang yang gila internet lagi. ’’Ada hikmah dari peristiwa itu. Sekarang aku nggak maniak Facebook banget,’’ akunya.
Ya, mengerem hasrat kepo seperti yang dilakukan Austine kadang bisa dicontoh. Apalagi gara-gara lihat status-status teman yang nggak sesuai harapan, fokus kita pada hal-hal yang lebih prioritas jadi berantakan.
Rehat beronline juga dilakukan Farid Abdul Rahman (18). Tapi mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Undip itu melakukan puasa online bukan lantaran galau. Pengin fokus belajar menghadapi Ujian Tengah Semester (UTS) itulah yang jadi alasan cowok asal Kudus itu mandek ber-online sementara.
’’Puasa online itu sebenarnya perlu nggak perlu sih. Kalau dirasa online bikin kita nggak konsentrasi, ya niatkan puasa online untuk beberapa waktu dulu,’’ katanya.
Farid sempat nggak berhubungan dengan internet selama seminggu karena harus fokus belajar. Meski pada akhirnya dia mengaku puasa online nggak berpengaruh signifikan terhadap nilai ujiannya.
’’Kalau mau puasa online, lihat-lihat dulu dampak dan manfaatnya. Kadang gara-gara nggak online, kita malah nggak tahu info kuliah. Kan biasanya info penting diposting di grup Facebook,’’ terang Farid.
Oke deh. Kayaknya kamu harus menantang dirimu sendiri: bisakah hidup tanpa menjamah internet satu, dua, atau tiga hari saja? Kalau nggak bisa, berarti kamu terbilang maniak online. (Otit)