Minggu, 20 Mei 2012

Beginilah Rasanya Puasa Online


’’Siang malam kuselalu,
menatap layar terpaku
untuk online, online,
online, online.’’

Pasti kamu tahu lagu kepunyaan siapa itu. Yuhu, lagu dan lirik milik Saykoji itu ngehits seiring dengan kebiasaan anak muda yang memang hobi online alias daring. Bait demi bait lagu berjudul ’’Online’’ itu pas banget menggambarkan situasi demam internet sampai lupa waktu yang melanda siswa SMP, SMA, dan anak kuliahan.
Nggak bisa dihindari, sekarang kita semua memang dihadapkan pada gempuran kecanggihan teknologi. Sebut saja ponsel yang mulanya cuma buat telpon dan SMS, kini jadi multifungsi. Selain bisa berfoto-ria, ponsel kita yang imut itu mampu memanjakan tuannya dengan fasilitas internet.
Belum lagi area hotspot yang tersebar di mana-mana bikin kita nggak tahan untuk selalu mantengin gadget. Dan tentunya, kalau sudah mengakses internet, informasi apa saja bisa didapat. Beberapa yang betah berselancar di dunia maya hingga lupa waktu, sampai-sampai diberi julukan julukan ’’manusia asosial’’. Aih....
Ya, online memang terkadang bisa jadi medium hiburan dan melampiaskan hasrat ingin tahu. Itu makanya, sebagian orang bisa gila kalau sehari saja nggak mengakses dunia maya. Ada yang sehari cukup sejam atau dua jam menyempatkan berinternet-ria. Tapi ada pula yang maniak internet seperti yang digambarkan Saykoji dalam lagunya itu.
Lama-lama manusia zaman sekarang jadi tergantung dengan internet, ya? Bagaimana jika internet dihapus? Huahua, membayangkan saja nggak sanggup, apalagi mengalaminya. Iya kan?
Tapi mengatakan ’’stop’’ pada internet terkadang dipilih oleh beberapa orang saat teknologi yang satu itu sudah sangat merugikan. Misalnya gara-gara keseringan online, tugas kuliah jadi nggak kelar, pacar jadi ngambek, bahkan nilai Indeks Prestasi (IP) jadi terjun bebas. Huhu, jangan sampai, ah!
Inilah cerita Austine (17) tentang pengalamannya nggak menyapa internet selama lima hari. Kata cewek gaul itu, puasa internet itu rasanya nggak enak. ’’Nggak online itu rasanya sepi dan ketinggalan berita. Jadi merasa diriku anak paling cupu,’’ jelas siswi yang baru saja merasa plong karena selesai melaksanakan UAN dengan lancar.
Siswi SMA 7 Semarang itu memang punya alasan kuat kenapa akhirnya dirinya memutuskan untuk puasa online. ’’Awalnya galau gara-gara cowok,’’ katanya sambil nyengir malu.
Hobinya mantengin Facebook tiap hari, justru bikin Austine makan hati sendiri. Gimana nggak, cowok yang ditaksir sejak tiga tahun silam, kini telah memasang tulisan ’’relationship’’. Kenyataan pahit itu pun diketahuinya juga karena cewek yang gemar menyanyi itu nggak pernah absen mantengin status, membuka profil, dan menelisik foto-foto sang idola hati.
’’Pas tahu statusnya sedang berpacaran, aku langsung off. Sejak itu aku malas online dan malas lihat wajah dia,’’ ceritanya.
Hilangnya akun Austine dari peredaran, tentu saja bikin kawan-kawannya bertanya ke mana gerangan dia? Bahkan ada yang mengatakan dia sombong segala.
Yup, untungnya Austine nggak ngambek dalam waktu lama. Cukup lima hari saja dia nggak menjamah dunia maya. Setelah kembali online, cewek berambut panjang itu justru suka membuat postingan galau sebagai obat hatinya.
Alhasil, status melankolis bikinan Austine malah dinanti kawan-kawannya. ’’Mana status galaunya, Tin?’’ katanya menirukan gaya kawan-kawannya.
Ada berkah di balik aksi puasa online ala Austine. Cewek berzodiak Leo itu mengaku sekarang nggak menjadi orang yang gila internet lagi. ’’Ada hikmah dari peristiwa itu. Sekarang aku nggak maniak Facebook banget,’’ akunya.
Ya, mengerem hasrat kepo seperti yang dilakukan Austine kadang bisa dicontoh. Apalagi gara-gara lihat status-status teman yang nggak sesuai harapan, fokus kita pada hal-hal yang lebih prioritas jadi berantakan.
Rehat beronline juga dilakukan Farid Abdul Rahman (18). Tapi mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Undip itu melakukan puasa online bukan lantaran galau. Pengin fokus belajar menghadapi Ujian Tengah Semester (UTS) itulah yang jadi alasan cowok asal Kudus itu mandek ber-online sementara.
’’Puasa online itu sebenarnya perlu nggak perlu sih. Kalau dirasa online bikin kita nggak konsentrasi, ya niatkan puasa online untuk beberapa waktu dulu,’’ katanya.
Farid sempat nggak berhubungan dengan internet selama seminggu karena harus fokus belajar. Meski pada akhirnya dia mengaku puasa online nggak berpengaruh signifikan terhadap nilai ujiannya.
’’Kalau mau puasa online, lihat-lihat dulu dampak dan manfaatnya. Kadang gara-gara nggak online, kita malah nggak tahu info kuliah. Kan biasanya info penting diposting di grup Facebook,’’ terang Farid.
Oke deh. Kayaknya kamu harus menantang dirimu sendiri: bisakah hidup tanpa menjamah internet satu, dua, atau tiga hari saja? Kalau nggak bisa, berarti kamu terbilang maniak online. (Otit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar